Cari Blog Ini
Sabtu, 12 Januari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa pahlawannya”, kiranya tidak terlalu berlebihan jika kata-kata tersebut menjadi pendahulu artikel singkat ini, guna mangungkapkan akan pentingnya sebuah generasi mengingat kembali jasa-jasa pendahulunya. Paling tidak sebagai pelajaran bagi generasi untuk mengikuti jejak langkah pendahulunya.
Al-Razi
Mempelajari sejarah sangatlah penting, tapi lebih penting dari itu adalah menjaga dan melestarikan sejarah tersebut, dan mengaktualisasikan sebagai dasar-dasar penting. Dalam hal ini, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya mengatakan “ Mengetahui dan mempelajari Sejarah sangatlah penting, karena hal itu dapat memperlihatkan kepada kita keadaan orang-orang terdahulu”
Sosok Ar-Razi, sebagai tokoh, serta ilmuan islam yang pernah terlahir didunia islam tidak bisa dipungkiri telah menggoreskan tinta emasnya dalam sejarah islam. maka disini penulis sedikit ingin mengetengahkan sekilas tentang biografinya, dengan harapan sebagai semoga generasi umat Islam ini semakin tergugah dan menyadari akan pentingnya mengingat para pendahulunya, paling tidak sebagai titik awal usaha kebangkitan umat islam pada umumnya.
Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah.
Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia.
Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
Riwayat Hidup al-Razi
Nama asli Ar-Razi adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi dikenal di barat sebagai Rhazes. Dia adalah salah seoran Ilmuwan Iran yang hidup pada 864-930. Al-Razi lahir di Rayy, Teheran, pada 865. Ia pernah menjadi direktur Rumah sakit Rayy dan pernah pula menjadi direktur Rumah Sakit Baghdad
Di awal kehidupannya, dia sangat tertarik dengan seni musik. Namun, dia juga tertarik dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji kimia, filsafat, logika, matematika, dan fisika. Pada akhirnya dia dikenal sebagai ahli pengobatan seperti Ibnu Sina, tetapi semula Al-Razi adalah seorang ahli kimia.
Menurut sebuah riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), Al-Razi meninggalkan dunia kimia karena pengelihatanya mulai kabur akibat eksperimen-aksperimen kimia yang meletihkannya. Lalu, dengan bekal ilmu kimianya yang luas dia menekuni dunia medis kedokteran yang rupanya menarik minatnya ketika muda. Menurut Al-Razi, seorang pasien yang sembuh dari penyakitnya disebabkan oleh respon reaksi kimia yang terdapat didalam tubuh pasien tersebut.
Dalam waktu yang relative cepat, Al-Razi mendirikan rumah sakit di Rayy, sebagai salah satu rumah sakit yang terkenal sebgai pusat penelitian dan pendidikan medis. Selang beberapa waktu kemudian, dia juga dipercaya memimpin rumah sakit Baghdad.
Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa Al-Razi adalah penggagas ilmu kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis dan hasil penemuan eksperimanya. Al-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa rekasi kimia serta deskripsi dana desain lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Dia juga memebrikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional.
Karya-karya al-Razi
Al-Razi termasuk tokoh yang produktif, keteguhan dan kesungguhannya dalam menulis sangat tinggi untuk kalangan tokoh pada masa itu, Ia pernah menulis dalam setahun, lebih dari 20.000 lembar kertas . disebutkan bahwa karya tulisnya mencapai 232 buah buku atau risalah. Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi (himpunan), sebuah ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 20 juilid, yang mengandung kedokteran yunani, suriah, Arab, dan hasil penelitiannya sendiri. Ensiklopedi kedoteran tersebut diterjemahkan kedalam bahasa latin pada tahun 1279, dan sejak tahun 1486 berulang kali dicetak karena dipakai di universitas-universitas eropa sampai dengan abad ke-17. Karangannya tentang campak dan cacar (fi al-Judari Wa al-Hasbah) juga diterjemahkan kedalam bahasa latin, dan bahkan pada tahun 1866 dicetak untuk ke-40 kalinya
Sebagai seorang kimiawan, Al-Razi adalah orang pertama yang mampu menghasilkan asam sulfat dan beberapa asam lainnya bahkan penggunaan alcohol untuk fermentasi zat yang manis. Beberapa karya tulis imilahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu.
Al-Asrar, membahas teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya
Liber Experimentorum, membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan, dan mineral yang menjadi cikal bakal kimia organic dan kimia non-organik.
Sirr Al-Asrar, membahas (a) ilmu dan pencarian obat-obatan dari suber tumbuhan, hewan, dan galian serta simbolnya, juga jenis terbaik untuk digunakan dalam perawatan; (b) ilmu danperalatan yang penting bagi kimia serta apotek; (c) ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kima yang melibatkan pemrosesan reksa, belerang (sulfur), arsenic, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi
Selain itu, Al-Razi juga terkenal di dunia psikologi, Al-Razi terkenal melalui karyanya The Spritual Physic (Pengobatan Jiwa) yang memperlihatkan bahwa ia adalah seorang psikolog tangguh dan ahli medis yang terkemuka. Beberapa pemikirannaya banyak menarik para pemikir modern. Ia mengembangkan Hubungan saling tolong menolong secara mutual (Mutual Helpfulness), dan Al-Razi juga mengembangkan a pleasure-pain theory (teori tentang senang dan sakit)
Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah.
Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia.
Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab.
Hal ini berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi (lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale (pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran, pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda, kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat.
Guru pertama ialah a-Bakhi, pengembara yang ada ketokohan bidang falsafah. Guru kedua, Abu al-Hassan Ali Ibn Raban al-Tabari, tokoh pengobatan dari Tabristan. Kepakaran al-Razi menjadikan beliau pengarah hospital umum al-Rai buat seketika. Kemudian, menjadi pengarah hospital Adhudi,Baghdad. Menetap disana sehingga meniggal dunia pada 924M. Juga ada karya dalam logik, ketuhanan, psikologi, bedah mata dan sebagainya. Antara buku beliau ialah al-Hawi dan al-Mansuri. Turut menulis buku tentang etika doktor dan penjagaan kesihatan. Digolongkan dalam ahli perubatan kelas pertama. Orang pertama menggunakan bahan kimia sebagai ubat. Menggunakan kaedah psikologi dan rawatan dalam merawat pesakit.Ada pandangan sendiri dalam bidang kimia, sains dan ketuhanan.
Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Ar Razi sebenarnya telah menggeluti filsafat, kimia, matematika, dan kesastraan sejak muda. Mengutip ahli sejarah Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi Barat, AJ Aberry, dalam pengantar buku Ar Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (Penyembuhan Ruhani), menulis, “Di masa mudanya, ia gemar main kecapi dan menekuni musik vokal. Namun ketika beranjak dewasa, dia meninggalkan hobinya ini seraya mengatakan bahwa musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tidak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi.”
Sejak inilah, beberapa sumber menyebutkan Ar Razi lebih banyak memfokuskan dirinya pada tradisi intelektualisme di sekitar filsafat, logika, eksakta, dan kedokteran. Yang terakhir ini, seperti disinggung di atas, mendapat porsi khusus dari energinya di usia tua. Pada bidang ini, ia sampai meluangkan waktu khusus keBaghdad, Irak, guna memperdalam kedokteran. Kala itu,Baghdad dikenal pada puncak keemasan intelektualisme. Baghdad yang kala itu menjadi pusat pemerintahan imperium Bani Abbasiyah, semakin menegaskan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan, khususnya ketika tahta kekuasaan diperintah oleh Khalifah Al Manshur (754-775 M), Harun Al Rasyid (wafat 809 M), hingga Khalifah Al Makmun (813-833 M).
DikotaBaghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dariBaghdad, Ar Razi memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama, lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan mengajar.
Tercatat, para mahasiswanya tak hanya berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam, tapi juga dari negara-negara Barat. Setiap kuliahnya selalu dipadati para mahasiswa. Dan patut dicatat, Ar Razi menerapkan metode perkuliahan yang bisa dikata unik tapi sangat mendidik. Yakni perkuliahan diatur sedemikian rupa agar beberapa penceramah senior dan yunior dapat membahas berbagai macam pertanyaan yang mampu mereka jawab, dan hanya merujuk kepadanya jika persoalan-persoalan yang melampaui batas jangkauan pengetahuan mereka. Tampaknya, cara ini pula yang kini banyak dikembangkan di mayoritas universitas terkemuka di Barat dan sebagian di dunia Timur.
Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya dikota kelahirannya untuk memenuhi penggilan penguasaBaghdad. Dikota ini, penguasa setempat mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit dikota yang juga dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Satu Malam” ini. Dengan demikian, selain memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran danBaghdad. Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern, khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga daerah-daerah di luar keduakota itu tak kurang ia kunjungi untuk pengabdian pada masyarakat setempat.
Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi. Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, “Tidak, aku sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah karenanya.” Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat. Banyak ilmuwan Barat menyebutnya sebagai pioner terbesar dunia Islam di bidang kedokteran. “Razhes merupakan tabib (dokter) terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah,” jelas Max Mayerhof. Sementara sejarawan Barat terkenal, George Sarton mengomentari Ar Razi dengan cerdas sekali. Katanya, “Ar Razi dariPersia itu tidak hanya tabib terbesar dunia Islam dan Abad Pertengahan. Ia juga kimiawan dan fisikawan. Ia bisa dinyatakan sebagai salah seorang perintis latrokimia zaman Renaisans. Maju di bidang teori, ia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis.” Maka pada tempatnya bila umat manusia, Barat khususnya, berutang budi dan mesti berterima kasih pada sosok ini.
BAB III
PENUTUP
Sosok Al-Razi, tidak bisa dihapus dari sejarah Islam, karena ia salah satu tokoh Islam yang pernah terlahir di Dunia Islam, sumbangannya dalam ilmu Pengetahuan, khususnya bidang kedoketran dan kimia tidak bisa diragukan lagi.
Menurut H.G Wells, pada ilmuwan muslim adalah golongan pertama yang menggagas ilmu kimia. Mereka telah mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad, sejak abad ke-8 M., Al-Razi wafat 92
Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran dan obat-obatan. Kejayaan Islam masa lampau banyak mewariskan khazanah keilmuan yang luar biasa. Karya yang lahir dari tangan para ulama-ulama Islam itu tak hanya sebatas kitab-kitab klasik yang masih ada hingga kini. Ragam warisan itu juga terukir dalam wujud seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya, dan berbagai khazanah lainnya.
Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah.
Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia.
Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab.
Hal ini berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi (lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale (pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran, pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda, kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat.
Guru pertama ialah a-Bakhi, pengembara yang ada ketokohan bidang falsafah. Guru kedua, Abu al-Hassan Ali Ibn Raban al-Tabari, tokoh pengobatan dari Tabristan. Kepakaran al-Razi menjadikan beliau pengarah hospital umum al-Rai buat seketika. Kemudian, menjadi pengarah hospital Adhudi,Baghdad. Menetap disana sehingga meniggal dunia pada 924M. Juga ada karya dalam logik, ketuhanan, psikologi, bedah mata dan sebagainya. Antara buku beliau ialah al-Hawi dan al-Mansuri. Turut menulis buku tentang etika doktor dan penjagaan kesihatan. Digolongkan dalam ahli perubatan kelas pertama. Orang pertama menggunakan bahan kimia sebagai ubat. Menggunakan kaedah psikologi dan rawatan dalam merawat pesakit.Ada pandangan sendiri dalam bidang kimia, sains dan ketuhanan.
Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Ar Razi sebenarnya telah menggeluti filsafat, kimia, matematika, dan kesastraan sejak muda. Mengutip ahli sejarah Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi Barat, AJ Aberry, dalam pengantar buku Ar Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (Penyembuhan Ruhani), menulis, “Di masa mudanya, ia gemar main kecapi dan menekuni musik vokal. Namun ketika beranjak dewasa, dia meninggalkan hobinya ini seraya mengatakan bahwa musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tidak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi.”
Sejak inilah, beberapa sumber menyebutkan Ar Razi lebih banyak memfokuskan dirinya pada tradisi intelektualisme di sekitar filsafat, logika, eksakta, dan kedokteran. Yang terakhir ini, seperti disinggung di atas, mendapat porsi khusus dari energinya di usia tua. Pada bidang ini, ia sampai meluangkan waktu khusus keBaghdad, Irak, guna memperdalam kedokteran. Kala itu,Baghdad dikenal pada puncak keemasan intelektualisme. Baghdad yang kala itu menjadi pusat pemerintahan imperium Bani Abbasiyah, semakin menegaskan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan, khususnya ketika tahta kekuasaan diperintah oleh Khalifah Al Manshur (754-775 M), Harun Al Rasyid (wafat 809 M), hingga Khalifah Al Makmun (813-833 M).
DikotaBaghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dariBaghdad, Ar Razi memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama, lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan mengajar.
Tercatat, para mahasiswanya tak hanya berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam, tapi juga dari negara-negara Barat. Setiap kuliahnya selalu dipadati para mahasiswa. Dan patut dicatat, Ar Razi menerapkan metode perkuliahan yang bisa dikata unik tapi sangat mendidik. Yakni perkuliahan diatur sedemikian rupa agar beberapa penceramah senior dan yunior dapat membahas berbagai macam pertanyaan yang mampu mereka jawab, dan hanya merujuk kepadanya jika persoalan-persoalan yang melampaui batas jangkauan pengetahuan mereka. Tampaknya, cara ini pula yang kini banyak dikembangkan di mayoritas universitas terkemuka di Barat dan sebagian di dunia Timur.
Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya dikota kelahirannya untuk memenuhi penggilan penguasaBaghdad. Dikota ini, penguasa setempat mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit dikota yang juga dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Satu Malam” ini. Dengan demikian, selain memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran danBaghdad. Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern, khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga daerah-daerah di luar keduakota itu tak kurang ia kunjungi untuk pengabdian pada masyarakat setempat.
Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi. Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, “Tidak, aku sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah karenanya.” Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat.