Cari Blog Ini

Jumat, 18 Januari 2013

LOGAM ALKALI TANAH

LOGAM ALKALI TANAH 
Unsur-unsur golongan IIA disebut juga alkali tanah sebab unsur-unsur tersebut bersifat basa dan banyak ditemukan dalam mineral tanah. Logam alkali tanah umumnya reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan dengan logam alkali. Unsur-unsur Golongan 2 Alkali Tanah Logam: • KONFIGURASI ELEKTRON Berelium (Be) = 1s2 2s2 Magnesium (Mg) = 1s2 2s2 2p6 3s2 Kalsium (Ca) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 Stronsium (Sr) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 Barium (Ba) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 Golongan alkali tanah elemennya semua adalah logam yang mengilap, warna putih keperakan. Logam alkali tanah yang tinggi dalam rangkaian reaktivitas logam, tapi tidak setinggi logam alkali golongan 1A.

LOGAM ALKALI TANAH

LOGAM ALKALI TANAH 
 
Unsur-unsur golongan IIA disebut juga alkali tanah sebab unsur-unsur tersebut bersifat basa dan banyak ditemukan dalam mineral tanah. Logam alkali tanah umumnya reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan dengan logam alkali. Unsur-unsur Golongan 2 Alkali Tanah Logam: • KONFIGURASI ELEKTRON Berelium (Be) = 1s2 2s2 Magnesium (Mg) = 1s2 2s2 2p6 3s2 Kalsium (Ca) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 Stronsium (Sr) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 Barium (Ba) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 Golongan alkali tanah elemennya semua adalah logam yang mengilap, warna putih keperakan. Logam alkali tanah yang tinggi dalam rangkaian reaktivitas logam, tapi tidak setinggi logam alkali golongan 1A.
 

LOGAM ALKALI TANAH

LOGAM ALKALI TANAH 
 
Unsur-unsur golongan IIA disebut juga alkali tanah sebab unsur-unsur tersebut bersifat basa dan banyak ditemukan dalam mineral tanah. Logam alkali tanah umumnya reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan dengan logam alkali. Unsur-unsur Golongan 2 Alkali Tanah Logam: • KONFIGURASI ELEKTRON Berelium (Be) = 1s2 2s2 Magnesium (Mg) = 1s2 2s2 2p6 3s2 Kalsium (Ca) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 Stronsium (Sr) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 Barium (Ba) = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 Golongan alkali tanah elemennya semua adalah logam yang mengilap, warna putih keperakan. Logam alkali tanah yang tinggi dalam rangkaian reaktivitas logam, tapi tidak setinggi logam alkali golongan 1A.
 

PERS PADA AWAL PERKEMBANGAN

A. Awal Kemerdekaan (1942-1945) 

Pers di awal kemerdekaan dimulai pada saat jaman jepang. Dengan munculnya ide bahwa beberapa surat kabar sunda bersatu untuk meneritkan surat kabar baru Tjahaja (Otista), beberapa surat kabar di Sumatera dimatikan dan dibuat di Padang Nippo (melayu), dan Sumatera Shimbun (Jepang-Kanji). Dalam kegiatan penting mengenai kenegaraan dan kebangsaan Indonesia, sejak persiapan sampai pencetusan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sejumlah wartawan pejuang dan pejuang wartawan turut aktif terlibat di dalamnya. Di samping Soekarno, dan Hatta, tercatat antara lain Sukardjo Wirjopranoto, Iwa Kusumasumantri, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandar Dinata, G.S.S Ratulangi, Adam Malik, BM Diah, Sjuti Melik, Sutan Sjahrir, dan lain-lain.

Sabtu, 12 Januari 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “JABIR AL-BATTANI” Makalah ini berisikan tentang informasi Tentang Kehidupan Al-Battani. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha saya. Amin. Cirebon, ….Nopember 2012 Penyusun BAB I PENDAHULUAN Al Battani (sekitar 850 - 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani (Bahasa Arab أبو عبد الله محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني ; nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Al-Battani kadang-kadang dikenal dengan versi Latinised namanya, varian yang Albategnius, Albategni atau Albatenius. Nama lengkapnya adalah Abu Abdallah Mohammad bin Jabir bin Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani. Al-Battani lahir di Harran, disebut Carrhae pada jaman dulu oleh orang Romawi, yang terletak di Sungai Balikh, 38 km tenggara dari Urfa. Keluarganya telah menjadi anggota sekte Sabian, sebuah sekte keagamaan jamaah bintang dari Harran. Menjadi hamba-hamba dari bintang berarti bahwa Sabian memiliki motivasi yang kuat untuk studi astronomi dan mereka menghasilkan banyak beredar astronomers dan hebat matematika seperti Thabit bin Qurra. Bahkan Thabit juga lahir di Harran dan akan tetap tinggal di sana telah pada saat itu al-Battani lahir. Al-Battani, seperti Thabit, tidak percaya pada agama Sabian, namun, untuk "Abu Abdallah Mohammad" menunjukkan bahwa dia tentu seorang Muslim. Meskipun identifikasi tidak benar-benar yakin, besar kemungkinan bahwa ayah al-Battani adalah Jabir bin Sinan al-Harrani yang memiliki reputasi tinggi sebagai pembuat instrumen di Harran. Nama tentu membuat identifikasi tertentu yang adil dan fakta bahwa al-Battani dirinya telah terampil dalam membuat instrumen astronomi merupakan indikasi yang baik bahwa dia belajar keterampilan ini dari ayahnya Informasi lain tentang al-Battani terkandung dalam Fihrist adalah bahwa ia mengamati antara tahun 877 dan 918 dan bahwa bintang katalog didasarkan pada 880 tahun. Ia juga menjelaskan akhir hidupnya yang tampaknya telah terjadi selama perjalanan ia ke Baghdad untuk memprotes atas nama sekelompok orang dari ar-Raqqah karena mereka sudah tidak adil pajak. Al-Battani mencapai Baghdad dan menempatkan argumentasinya namun meninggal dalam perjalanan kembali ke ar-Raqqah. BAB II PEMBAHASAN Al Battani (sekitar 850 - 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani (Bahasa Arab أبو عبد الله محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني ; nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan trigonometri: Ia juga memecahkan persamaan sin x = a cos x dan menemukan rumus: dan menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen. Al Battani bekerja di Suriah, tepatnya di ar-Raqqah dan di Damaskus, yang juga merupakan tempat wafatnya. Al-Battani kadang-kadang dikenal dengan versi Latinised namanya, varian yang Albategnius, Albategni atau Albatenius. Nama lengkapnya adalah Abu Abdallah Mohammad bin Jabir bin Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani. Al-Battani lahir di Harran, disebut Carrhae pada jaman dulu oleh orang Romawi, yang terletak di Sungai Balikh, 38 km tenggara dari Urfa. Keluarganya telah menjadi anggota sekte Sabian, sebuah sekte keagamaan jamaah bintang dari Harran. Menjadi hamba-hamba dari bintang berarti bahwa Sabian memiliki motivasi yang kuat untuk studi astronomi dan mereka menghasilkan banyak beredar astronomers dan hebat matematika seperti Thabit bin Qurra. Bahkan Thabit juga lahir di Harran dan akan tetap tinggal di sana telah pada saat itu al-Battani lahir. Al-Battani, seperti Thabit, tidak percaya pada agama Sabian, namun, untuk "Abu Abdallah Mohammad" menunjukkan bahwa dia tentu seorang Muslim. Meskipun identifikasi tidak benar-benar yakin, besar kemungkinan bahwa ayah al-Battani adalah Jabir bin Sinan al-Harrani yang memiliki reputasi tinggi sebagai pembuat instrumen di Harran. Nama tentu membuat identifikasi tertentu yang adil dan fakta bahwa al-Battani dirinya telah terampil dalam membuat instrumen astronomi merupakan indikasi yang baik bahwa dia belajar keterampilan ini dari ayahnya Al-Battani melakukan observasi astronomi sangat akurat nya di Antiokhia dan ar-Raqqah di Suriah. Kota ar-Raqqah, di mana sebagian besar pengamatan al-Battani yang dibuat, menjadi makmur ketika Harun al-Rasyid, yang menjadi khalifah kelima dari dinasti Abbasiyah pada tanggal 14 September 786, dibangun beberapa istana di sana. Kota telah diubah namanya al-Rasyid pada saat itu tetapi, pada saat al-Battani mulai memperhatikan ada, itu dikembalikan ke nama ar-Raqqah. Kota yang berada di Sungai Efrat hanya barat di mana ia bergabung dengan Sungai Balikh (yang Harran berdiri). The Fihrist (Indeks) adalah bekerja dikompilasi oleh penjual buku Ibnu an-Nadim di tahun 988. Ini memberikan laporan lengkap tentang literatur Arab yang tersedia di abad ke-10 dan sebentar menjelaskan beberapa penulis sastra ini. Fihrist yang menjelaskan al-Battani sebagai (lihat misalnya : Salah satu pengamat terkenal dan pemimpin dalam geometri, astronomi teoretis dan praktis, dan astrologi. Ia menulis sebuah karya tentang astronomi, dengan meja-meja, yang berisi pengamatan sendiri dari matahari dan bulan dan deskripsi lebih akurat daripada apa yang diberikan dalam Ptolemy "Almagest". Dalam hal lagi, dia memberikan gerakan dari lima planet, dengan meningkatkan pengamatan dia berhasil membuat, serta lainnya yang diperlukan perhitungan astronomi. Beberapa pengamatannya disebutkan dalam bukunya tabel dibuat pada tahun 880 dan kemudian pada tahun 900. Tidak ada yang dikenal dalam Islam yang mencapai kesempurnaan serupa dalam mengamati bintang scrutinizing dan gerakan mereka. Terlepas dari ini, ia mengambil minat besar dalam astrologi, yang dipimpin dia untuk menulis tentang hal ini terlalu: komposisi di bidang ini saya menyebutkan komentarnya tentang Tetrabiblos Ptolemy. Informasi lain tentang al-Battani terkandung dalam Fihrist adalah bahwa ia mengamati antara tahun 877 dan 918 dan bahwa bintang katalog didasarkan pada 880 tahun. Ia juga menjelaskan akhir hidupnya yang tampaknya telah terjadi selama perjalanan ia ke Baghdad untuk memprotes atas nama sekelompok orang dari ar-Raqqah karena mereka sudah tidak adil pajak. Al-Battani mencapai Baghdad dan menempatkan argumentasinya namun meninggal dalam perjalanan kembali ke ar-Raqqah. Fihrist juga mengutip sejumlah karya al-Battani. Ada nya Kitab al-Zij yang merupakan pekerjaan utama pada astronomi dengan tabel, yang disebut di atas. Kami akan memeriksa hal ini secara lebih rinci dalam sekejap. Ada juga yang komentar pada Ptolemy 's Tetrabiblos disebut judul lainnya di atas dan dua: Pada ascensions dari tanda-tanda zodiak dan kuantitas dari aplikasi astrologi. Salah satu bab dari Kitab al-Zij memiliki judul "Pada ascensions dari tanda-tanda zodiak" dan sehingga Fihrist mungkin salah dalam berpikir ini adalah pekerjaan yang terpisah. Hal ini masih muncul jelas. Al-Battani ini Kitab al-Zij adalah jauh karyanya yang paling penting dan kita harus memeriksa secara singkat topik yang dibahas. Pekerjaan berisi 57 bab. Ini dimulai dengan deskripsi pembagian falak ke dalam tanda-tanda zodiak dan ke derajat. Alat latar belakang yang diperlukan matematika kemudian diperkenalkan seperti operasi aritmatika pecahan sexagesimal dan fungsi trigonometri. Bab 4 berisi data dari pengamatan sendiri al-Battani itu. Bab 5 sampai 26 membahas sejumlah besar masalah astronomi yang berbeda pada beberapa hal berikut bahan dari Almagest. Gerakan matahari, bulan dan lima planet yang dibahas dalam bab 27 hingga 31, di mana teori yang diberikan adalah dari Ptolemy tetapi untuk al-Battani teori muncul kurang penting dibandingkan dengan aspek praktis. Setelah memberikan hasil untuk memungkinkan data yang diberikan untuk satu era yang akan dikonversi ke era lain, al-Battani kemudian memberikan 16 bab yang menjelaskan bagaimana ia adalah tabel yang dibaca. Bab penutup masalah 49 sampai 55 dalam astrologi, sedangkan bab 56 membahas pembangunan sebuah jam matahari dan akhir bab membahas pembangunan sejumlah instrumen astronomi. Apa prestasi utama Zij al-Battani itu? Dia katalog 489 bintang. Dia menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun, yang dia berikan sebagai 365 hari 5 jam 46 menit 24 detik, dan dari musim. Dia 54,5 dihitung "per tahun untuk presesi dari equinoxes dan memperoleh nilai 23 ° 35 'untuk keinginan dari ecliptic. Dari pada menggunakan metode geometris, seperti yang telah dilakukan Ptolemy, al-Battani trigonometri digunakan metode yang merupakan kemajuan penting. Misalnya ia memberikan rumus trigonometri penting bagi segitiga siku kanan seperti b sin (A) = a sin (90 ° - A). Al-Battani menunjukkan bahwa jarak terjauh dari Matahari dari Bumi dan bervariasi, sebagai hasilnya, gerhana annular Matahari yang mungkin serta gerhana total. Namun, sebagai Swerdlow poin di, pengaruh kuat Ptolemy adalah bukan pada abad semua penulis, dan bahkan seorang ilmuwan brilian seperti al-Battani mungkin tidak berani mengklaim nilai yang berbeda dari jarak dari Bumi ke Matahari dari yang diberikan oleh Ptolemy. Ini terlepas dari fakta bahwa al-Battani dapat menyimpulkan nilai untuk jarak dari pengamatan sendiri yang sangat berbeda dari Ptolemy. Dalam Hartner memberikan pendapat agak berbeda dari cara bahwa al-Battani dipengaruhi oleh Ptolemy. Dia menulis: Sementara al-Battani tidak mengambil sikap kritis terhadap Ptolemaic Kinematika pada umumnya, ia bukti ... suara yang sangat keraguan dalam hal hasil praktis Ptolemy. Dengan demikian, mengandalkan pengamatan sendiri, ia mengoreksi - baik itu secara diam-diam, baik dalam kata-kata terbuka - kesalahan Ptolemy. Ini menyangkut parameter utama gerakan planet tidak kurang dari kesimpulan yang salah diambil dari pengamatan yang tidak memadai atau rusak, seperti ketetapan dari kemiringan dari Ekliptika atau dari puncak surya. Al-Battani adalah hal penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk sejumlah alasan, tapi salah satu harus menjadi pengaruh besar karyanya telah pada ilmuwan seperti Tycho Brahe, Kepler, Galileo dan Copernicus. Dalam ada diskusi tentang bagaimana al-Battani dikelola untuk menghasilkan pengukuran yang lebih akurat dari gerakan matahari daripada tidak Copernicus. Penulis menunjukkan bahwa al-Battani diperoleh hasil yang jauh lebih akurat hanya karena pengamatannya dibuat lebih dari lintang selatan. Untuk al-Battani refraksi tak banyak berpengaruh pada pengamatannya meridian pada titik balik matahari musim dingin karena, di lebih situs selatan nya ar-Raqqah, matahari lebih tinggi di langit. Al-Battani ini Kitab al-Zij diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai De motu stellarum (Pada gerakan bintang) oleh Plato dari Tivoli. Hal ini muncul di 1116 ini sementara dicetak edisi Plato dari Tivoi terjemahan muncul pada tahun 1537 dan kemudian lagi pada 1645. Sebuah terjemahan Bahasa Spanyol dibuat di abad ke-13 dan kedua dan Plato dari Tivoli terjemahan Latin ini telah selamat. BAB III PEMBAHASAN A. KESIMPULAN Battani (sekitar 850 - 923) adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani (Bahasa Arab أبو عبد الله محمد بن جابر بن سنان الحراني الصابي البتاني ; nama lengkap: Abū ʿAbdullāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān ar-Raqqī al-Ḥarrani aṣ-Ṣabiʾ al-Battānī), lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Al-Battani kadang-kadang dikenal dengan versi Latinised namanya, varian yang Albategnius, Albategni atau Albatenius. Nama lengkapnya adalah Abu Abdallah Mohammad bin Jabir bin Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani Al-Battani menunjukkan bahwa jarak terjauh dari Matahari dari Bumi dan bervariasi, sebagai hasilnya, gerhana annular Matahari yang mungkin serta gerhana total. Namun, sebagai Swerdlow poin di, pengaruh kuat Ptolemy adalah bukan pada abad semua penulis, dan bahkan seorang ilmuwan brilian seperti al-Battani mungkin tidak berani mengklaim nilai yang berbeda dari jarak dari Bumi ke Matahari dari yang diberikan oleh Ptolemy. Ini terlepas dari fakta bahwa al-Battani dapat menyimpulkan nilai untuk jarak dari pengamatan sendiri yang sangat berbeda dari Ptolemy.
BAB I PENDAHULUAN “Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa pahlawannya”, kiranya tidak terlalu berlebihan jika kata-kata tersebut menjadi pendahulu artikel singkat ini, guna mangungkapkan akan pentingnya sebuah generasi mengingat kembali jasa-jasa pendahulunya. Paling tidak sebagai pelajaran bagi generasi untuk mengikuti jejak langkah pendahulunya. Al-Razi Mempelajari sejarah sangatlah penting, tapi lebih penting dari itu adalah menjaga dan melestarikan sejarah tersebut, dan mengaktualisasikan sebagai dasar-dasar penting. Dalam hal ini, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya mengatakan “ Mengetahui dan mempelajari Sejarah sangatlah penting, karena hal itu dapat memperlihatkan kepada kita keadaan orang-orang terdahulu” Sosok Ar-Razi, sebagai tokoh, serta ilmuan islam yang pernah terlahir didunia islam tidak bisa dipungkiri telah menggoreskan tinta emasnya dalam sejarah islam. maka disini penulis sedikit ingin mengetengahkan sekilas tentang biografinya, dengan harapan sebagai semoga generasi umat Islam ini semakin tergugah dan menyadari akan pentingnya mengingat para pendahulunya, paling tidak sebagai titik awal usaha kebangkitan umat islam pada umumnya. Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah. Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia. Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab. BAB II PEMBAHASAN Riwayat Hidup al-Razi Nama asli Ar-Razi adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi dikenal di barat sebagai Rhazes. Dia adalah salah seoran Ilmuwan Iran yang hidup pada 864-930. Al-Razi lahir di Rayy, Teheran, pada 865. Ia pernah menjadi direktur Rumah sakit Rayy dan pernah pula menjadi direktur Rumah Sakit Baghdad Di awal kehidupannya, dia sangat tertarik dengan seni musik. Namun, dia juga tertarik dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji kimia, filsafat, logika, matematika, dan fisika. Pada akhirnya dia dikenal sebagai ahli pengobatan seperti Ibnu Sina, tetapi semula Al-Razi adalah seorang ahli kimia. Menurut sebuah riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), Al-Razi meninggalkan dunia kimia karena pengelihatanya mulai kabur akibat eksperimen-aksperimen kimia yang meletihkannya. Lalu, dengan bekal ilmu kimianya yang luas dia menekuni dunia medis kedokteran yang rupanya menarik minatnya ketika muda. Menurut Al-Razi, seorang pasien yang sembuh dari penyakitnya disebabkan oleh respon reaksi kimia yang terdapat didalam tubuh pasien tersebut. Dalam waktu yang relative cepat, Al-Razi mendirikan rumah sakit di Rayy, sebagai salah satu rumah sakit yang terkenal sebgai pusat penelitian dan pendidikan medis. Selang beberapa waktu kemudian, dia juga dipercaya memimpin rumah sakit Baghdad. Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa Al-Razi adalah penggagas ilmu kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis dan hasil penemuan eksperimanya. Al-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa rekasi kimia serta deskripsi dana desain lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Dia juga memebrikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional. Karya-karya al-Razi Al-Razi termasuk tokoh yang produktif, keteguhan dan kesungguhannya dalam menulis sangat tinggi untuk kalangan tokoh pada masa itu, Ia pernah menulis dalam setahun, lebih dari 20.000 lembar kertas . disebutkan bahwa karya tulisnya mencapai 232 buah buku atau risalah. Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi (himpunan), sebuah ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 20 juilid, yang mengandung kedokteran yunani, suriah, Arab, dan hasil penelitiannya sendiri. Ensiklopedi kedoteran tersebut diterjemahkan kedalam bahasa latin pada tahun 1279, dan sejak tahun 1486 berulang kali dicetak karena dipakai di universitas-universitas eropa sampai dengan abad ke-17. Karangannya tentang campak dan cacar (fi al-Judari Wa al-Hasbah) juga diterjemahkan kedalam bahasa latin, dan bahkan pada tahun 1866 dicetak untuk ke-40 kalinya Sebagai seorang kimiawan, Al-Razi adalah orang pertama yang mampu menghasilkan asam sulfat dan beberapa asam lainnya bahkan penggunaan alcohol untuk fermentasi zat yang manis. Beberapa karya tulis imilahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu. Al-Asrar, membahas teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya Liber Experimentorum, membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan, dan mineral yang menjadi cikal bakal kimia organic dan kimia non-organik. Sirr Al-Asrar, membahas (a) ilmu dan pencarian obat-obatan dari suber tumbuhan, hewan, dan galian serta simbolnya, juga jenis terbaik untuk digunakan dalam perawatan; (b) ilmu danperalatan yang penting bagi kimia serta apotek; (c) ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kima yang melibatkan pemrosesan reksa, belerang (sulfur), arsenic, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi Selain itu, Al-Razi juga terkenal di dunia psikologi, Al-Razi terkenal melalui karyanya The Spritual Physic (Pengobatan Jiwa) yang memperlihatkan bahwa ia adalah seorang psikolog tangguh dan ahli medis yang terkemuka. Beberapa pemikirannaya banyak menarik para pemikir modern. Ia mengembangkan Hubungan saling tolong menolong secara mutual (Mutual Helpfulness), dan Al-Razi juga mengembangkan a pleasure-pain theory (teori tentang senang dan sakit) Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah. Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia. Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab. Hal ini berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi (lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale (pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran, pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda, kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat. Guru pertama ialah a-Bakhi, pengembara yang ada ketokohan bidang falsafah. Guru kedua, Abu al-Hassan Ali Ibn Raban al-Tabari, tokoh pengobatan dari Tabristan. Kepakaran al-Razi menjadikan beliau pengarah hospital umum al-Rai buat seketika. Kemudian, menjadi pengarah hospital Adhudi,Baghdad. Menetap disana sehingga meniggal dunia pada 924M. Juga ada karya dalam logik, ketuhanan, psikologi, bedah mata dan sebagainya. Antara buku beliau ialah al-Hawi dan al-Mansuri. Turut menulis buku tentang etika doktor dan penjagaan kesihatan. Digolongkan dalam ahli perubatan kelas pertama. Orang pertama menggunakan bahan kimia sebagai ubat. Menggunakan kaedah psikologi dan rawatan dalam merawat pesakit.Ada pandangan sendiri dalam bidang kimia, sains dan ketuhanan. Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Ar Razi sebenarnya telah menggeluti filsafat, kimia, matematika, dan kesastraan sejak muda. Mengutip ahli sejarah Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi Barat, AJ Aberry, dalam pengantar buku Ar Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (Penyembuhan Ruhani), menulis, “Di masa mudanya, ia gemar main kecapi dan menekuni musik vokal. Namun ketika beranjak dewasa, dia meninggalkan hobinya ini seraya mengatakan bahwa musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tidak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi.” Sejak inilah, beberapa sumber menyebutkan Ar Razi lebih banyak memfokuskan dirinya pada tradisi intelektualisme di sekitar filsafat, logika, eksakta, dan kedokteran. Yang terakhir ini, seperti disinggung di atas, mendapat porsi khusus dari energinya di usia tua. Pada bidang ini, ia sampai meluangkan waktu khusus keBaghdad, Irak, guna memperdalam kedokteran. Kala itu,Baghdad dikenal pada puncak keemasan intelektualisme. Baghdad yang kala itu menjadi pusat pemerintahan imperium Bani Abbasiyah, semakin menegaskan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan, khususnya ketika tahta kekuasaan diperintah oleh Khalifah Al Manshur (754-775 M), Harun Al Rasyid (wafat 809 M), hingga Khalifah Al Makmun (813-833 M). DikotaBaghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dariBaghdad, Ar Razi memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama, lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan mengajar. Tercatat, para mahasiswanya tak hanya berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam, tapi juga dari negara-negara Barat. Setiap kuliahnya selalu dipadati para mahasiswa. Dan patut dicatat, Ar Razi menerapkan metode perkuliahan yang bisa dikata unik tapi sangat mendidik. Yakni perkuliahan diatur sedemikian rupa agar beberapa penceramah senior dan yunior dapat membahas berbagai macam pertanyaan yang mampu mereka jawab, dan hanya merujuk kepadanya jika persoalan-persoalan yang melampaui batas jangkauan pengetahuan mereka. Tampaknya, cara ini pula yang kini banyak dikembangkan di mayoritas universitas terkemuka di Barat dan sebagian di dunia Timur. Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya dikota kelahirannya untuk memenuhi penggilan penguasaBaghdad. Dikota ini, penguasa setempat mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit dikota yang juga dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Satu Malam” ini. Dengan demikian, selain memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran danBaghdad. Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern, khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga daerah-daerah di luar keduakota itu tak kurang ia kunjungi untuk pengabdian pada masyarakat setempat. Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi. Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, “Tidak, aku sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah karenanya.” Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat. Banyak ilmuwan Barat menyebutnya sebagai pioner terbesar dunia Islam di bidang kedokteran. “Razhes merupakan tabib (dokter) terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah,” jelas Max Mayerhof. Sementara sejarawan Barat terkenal, George Sarton mengomentari Ar Razi dengan cerdas sekali. Katanya, “Ar Razi dariPersia itu tidak hanya tabib terbesar dunia Islam dan Abad Pertengahan. Ia juga kimiawan dan fisikawan. Ia bisa dinyatakan sebagai salah seorang perintis latrokimia zaman Renaisans. Maju di bidang teori, ia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis.” Maka pada tempatnya bila umat manusia, Barat khususnya, berutang budi dan mesti berterima kasih pada sosok ini. BAB III PENUTUP Sosok Al-Razi, tidak bisa dihapus dari sejarah Islam, karena ia salah satu tokoh Islam yang pernah terlahir di Dunia Islam, sumbangannya dalam ilmu Pengetahuan, khususnya bidang kedoketran dan kimia tidak bisa diragukan lagi. Menurut H.G Wells, pada ilmuwan muslim adalah golongan pertama yang menggagas ilmu kimia. Mereka telah mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad, sejak abad ke-8 M., Al-Razi wafat 92 Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran dan obat-obatan. Kejayaan Islam masa lampau banyak mewariskan khazanah keilmuan yang luar biasa. Karya yang lahir dari tangan para ulama-ulama Islam itu tak hanya sebatas kitab-kitab klasik yang masih ada hingga kini. Ragam warisan itu juga terukir dalam wujud seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya, dan berbagai khazanah lainnya. Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah. Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia. Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab. Hal ini berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi (lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale (pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran, pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda, kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat. Guru pertama ialah a-Bakhi, pengembara yang ada ketokohan bidang falsafah. Guru kedua, Abu al-Hassan Ali Ibn Raban al-Tabari, tokoh pengobatan dari Tabristan. Kepakaran al-Razi menjadikan beliau pengarah hospital umum al-Rai buat seketika. Kemudian, menjadi pengarah hospital Adhudi,Baghdad. Menetap disana sehingga meniggal dunia pada 924M. Juga ada karya dalam logik, ketuhanan, psikologi, bedah mata dan sebagainya. Antara buku beliau ialah al-Hawi dan al-Mansuri. Turut menulis buku tentang etika doktor dan penjagaan kesihatan. Digolongkan dalam ahli perubatan kelas pertama. Orang pertama menggunakan bahan kimia sebagai ubat. Menggunakan kaedah psikologi dan rawatan dalam merawat pesakit.Ada pandangan sendiri dalam bidang kimia, sains dan ketuhanan. Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Ar Razi sebenarnya telah menggeluti filsafat, kimia, matematika, dan kesastraan sejak muda. Mengutip ahli sejarah Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi Barat, AJ Aberry, dalam pengantar buku Ar Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (Penyembuhan Ruhani), menulis, “Di masa mudanya, ia gemar main kecapi dan menekuni musik vokal. Namun ketika beranjak dewasa, dia meninggalkan hobinya ini seraya mengatakan bahwa musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tidak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi.” Sejak inilah, beberapa sumber menyebutkan Ar Razi lebih banyak memfokuskan dirinya pada tradisi intelektualisme di sekitar filsafat, logika, eksakta, dan kedokteran. Yang terakhir ini, seperti disinggung di atas, mendapat porsi khusus dari energinya di usia tua. Pada bidang ini, ia sampai meluangkan waktu khusus keBaghdad, Irak, guna memperdalam kedokteran. Kala itu,Baghdad dikenal pada puncak keemasan intelektualisme. Baghdad yang kala itu menjadi pusat pemerintahan imperium Bani Abbasiyah, semakin menegaskan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan, khususnya ketika tahta kekuasaan diperintah oleh Khalifah Al Manshur (754-775 M), Harun Al Rasyid (wafat 809 M), hingga Khalifah Al Makmun (813-833 M). DikotaBaghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dariBaghdad, Ar Razi memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama, lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan mengajar. Tercatat, para mahasiswanya tak hanya berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam, tapi juga dari negara-negara Barat. Setiap kuliahnya selalu dipadati para mahasiswa. Dan patut dicatat, Ar Razi menerapkan metode perkuliahan yang bisa dikata unik tapi sangat mendidik. Yakni perkuliahan diatur sedemikian rupa agar beberapa penceramah senior dan yunior dapat membahas berbagai macam pertanyaan yang mampu mereka jawab, dan hanya merujuk kepadanya jika persoalan-persoalan yang melampaui batas jangkauan pengetahuan mereka. Tampaknya, cara ini pula yang kini banyak dikembangkan di mayoritas universitas terkemuka di Barat dan sebagian di dunia Timur. Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya dikota kelahirannya untuk memenuhi penggilan penguasaBaghdad. Dikota ini, penguasa setempat mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit dikota yang juga dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Satu Malam” ini. Dengan demikian, selain memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran danBaghdad. Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern, khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga daerah-daerah di luar keduakota itu tak kurang ia kunjungi untuk pengabdian pada masyarakat setempat. Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi. Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, “Tidak, aku sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah karenanya.” Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat.
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ AL RAJI ” Makalah ini berisikan tentang informasi tentang kehidupan dan karya karya Arraji . Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang siapa itu Ar-Raji Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha saya. Amin. Cirebon,…. Nopember 2012 Penyusun BAB I PENDAHULUAN “Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa pahlawannya”, kiranya tidak terlalu berlebihan jika kata-kata tersebut menjadi pendahulu artikel singkat ini, guna mangungkapkan akan pentingnya sebuah generasi mengingat kembali jasa-jasa pendahulunya. Paling tidak sebagai pelajaran bagi generasi untuk mengikuti jejak langkah pendahulunya. Al-Razi Mempelajari sejarah sangatlah penting, tapi lebih penting dari itu adalah menjaga dan melestarikan sejarah tersebut, dan mengaktualisasikan sebagai dasar-dasar penting. Dalam hal ini, Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya mengatakan “ Mengetahui dan mempelajari Sejarah sangatlah penting, karena hal itu dapat memperlihatkan kepada kita keadaan orang-orang terdahulu” Sosok Ar-Razi, sebagai tokoh, serta ilmuan islam yang pernah terlahir didunia islam tidak bisa dipungkiri telah menggoreskan tinta emasnya dalam sejarah islam. maka disini penulis sedikit ingin mengetengahkan sekilas tentang biografinya, dengan harapan sebagai semoga generasi umat Islam ini semakin tergugah dan menyadari akan pentingnya mengingat para pendahulunya, paling tidak sebagai titik awal usaha kebangkitan umat islam pada umumnya. Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah. Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia. Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab. BAB II PEMBAHASAN A. Riwayat Hidup al-Razi Nama asli Ar-Razi adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi dikenal di barat sebagai Rhazes. Dia adalah salah seoran Ilmuwan Iran yang hidup pada 864-930. Al-Razi lahir di Rayy, Teheran, pada 865. Ia pernah menjadi direktur Rumah sakit Rayy dan pernah pula menjadi direktur Rumah Sakit Baghdad Di awal kehidupannya, dia sangat tertarik dengan seni musik. Namun, dia juga tertarik dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji kimia, filsafat, logika, matematika, dan fisika. Pada akhirnya dia dikenal sebagai ahli pengobatan seperti Ibnu Sina, tetapi semula Al-Razi adalah seorang ahli kimia. Menurut sebuah riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), Al-Razi meninggalkan dunia kimia karena pengelihatanya mulai kabur akibat eksperimen-aksperimen kimia yang meletihkannya. Lalu, dengan bekal ilmu kimianya yang luas dia menekuni dunia medis kedokteran yang rupanya menarik minatnya ketika muda. Menurut Al-Razi, seorang pasien yang sembuh dari penyakitnya disebabkan oleh respon reaksi kimia yang terdapat didalam tubuh pasien tersebut. Dalam waktu yang relative cepat, Al-Razi mendirikan rumah sakit di Rayy, sebagai salah satu rumah sakit yang terkenal sebgai pusat penelitian dan pendidikan medis. Selang beberapa waktu kemudian, dia juga dipercaya memimpin rumah sakit Baghdad. Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa Al-Razi adalah penggagas ilmu kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis dan hasil penemuan eksperimanya. Al-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa rekasi kimia serta deskripsi dana desain lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Dia juga memebrikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional. Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran. Hebatnya, para ilmuwan Muslim yang mengembangkan ilmu kedokteran tetap mengacu pada Al-Quran dan Sunnah. Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia. Berbeda dengan ilmuwan lain, para ilmuwan muslim tetap mengacu kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pijakan utama dalam mengembangkan ilmu-ilmu kedokteran mereka. Hal ini terus mereka lakoni hingga menapak puncak pencapaian terbaik dalam peradaban dunia. Dalam mengembangkan ilmu kedokteran, para ilmuwan tak bekerja sendirian. Namun mereka bekerja sama dengan sang khalifah sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada saat itu. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah gerakan terjemah. Berbagai literatur kedokteran dari bangsa-bangsa lain utamanya Yunani mereka terjemahkan dalam bahasa Arab. Hal ini berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Masyarakat Islam menguasai kepakaran bidang pengobatan dan juga mendalami teknik perubatan Kaldan, Parsi, India malah Arab Jahiliah. Kajian-kajian lanjut mengenai pengobatan dikenali sebagai pengobatan Islam. Muhammad Ar Razi adalah salah satu putera mahkota intelektualisme Islam. Selain Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai perintis awal ilmu kedokteran, Muhammad bin Zakaria Ar Razi (lebih dikenal dengan nama Ar Razi) juga menduduki derajat sebagai perintis kedokteran modern. Abu Bakr al-Razi mendapat gelaran Gale (pakar bedah Yunan). Dilahirkan di bandar al-Rayy, utara Teheran, Iran, pada 864 M, Ar Razi yang bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi itu sejak kecil telah menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Mula pelajari pengobatan setelah berusia 30 tahun. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Namun demikian, ia yang dididik dan dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat, sebenarnya baru tertarik dan menekuni secara serius masalah-masalah kedokteran justru di usia tua. Hanya saja, meski keseriusannya terhadap disiplin ilmu yang satu ini telah ada sejak muda, kepakaran dan kejeniusan Ar Razi pada bidang kedokteran jauh melampaui dari keahliannya di masa tua. Hal inilah yang menempatkan dirinya pada deretan ilmuwan Muslim yang sangat disegani dan dihormati dunia Barat. Guru pertama ialah a-Bakhi, pengembara yang ada ketokohan bidang falsafah. Guru kedua, Abu al-Hassan Ali Ibn Raban al-Tabari, tokoh pengobatan dari Tabristan. Kepakaran al-Razi menjadikan beliau pengarah hospital umum al-Rai buat seketika. Kemudian, menjadi pengarah hospital Adhudi,Baghdad. Menetap disana sehingga meniggal dunia pada 924M. Juga ada karya dalam logik, ketuhanan, psikologi, bedah mata dan sebagainya. Antara buku beliau ialah al-Hawi dan al-Mansuri. Turut menulis buku tentang etika doktor dan penjagaan kesihatan. Digolongkan dalam ahli perubatan kelas pertama. Orang pertama menggunakan bahan kimia sebagai ubat. Menggunakan kaedah psikologi dan rawatan dalam merawat pesakit.Ada pandangan sendiri dalam bidang kimia, sains dan ketuhanan. Sebagian ahli sejarah menyebutkan, Ar Razi sebenarnya telah menggeluti filsafat, kimia, matematika, dan kesastraan sejak muda. Mengutip ahli sejarah Ibnu Khallikan, seorang penulis biografi Barat, AJ Aberry, dalam pengantar buku Ar Razi, The Spiritual Physic of Rhazes (Penyembuhan Ruhani), menulis, “Di masa mudanya, ia gemar main kecapi dan menekuni musik vokal. Namun ketika beranjak dewasa, dia meninggalkan hobinya ini seraya mengatakan bahwa musik yang berasal dari antara kumis dan jenggot tidak punya daya tarik dan pesona untuk dipuji serta dikagumi.” Sejak inilah, beberapa sumber menyebutkan Ar Razi lebih banyak memfokuskan dirinya pada tradisi intelektualisme di sekitar filsafat, logika, eksakta, dan kedokteran. Yang terakhir ini, seperti disinggung di atas, mendapat porsi khusus dari energinya di usia tua. Pada bidang ini, ia sampai meluangkan waktu khusus keBaghdad, Irak, guna memperdalam kedokteran. Kala itu,Baghdad dikenal pada puncak keemasan intelektualisme. Baghdad yang kala itu menjadi pusat pemerintahan imperium Bani Abbasiyah, semakin menegaskan diri sebagai pusat ilmu pengetahuan, khususnya ketika tahta kekuasaan diperintah oleh Khalifah Al Manshur (754-775 M), Harun Al Rasyid (wafat 809 M), hingga Khalifah Al Makmun (813-833 M). DikotaBaghdad ini, Ar Razi berguru pada Humayun Ibnu Ishaq, seorang ulama yang menguasai ilmu pengobatan dengan baik. Dari guru yang telah lama berpraktik di bidang pengobatan inilah, Ar Razi menguasai dengan baik dasar-dasar teknik pengobatan. Sekembali dariBaghdad, Ar Razi memutuskan untuk membaktikan dirinya pada masyarakat, khususnya pada bidang yang selama ini ia tekuni, kedokteran. Dalam waktu tak lama, lantaran kepakarannya, ia memperoleh perhatian khusus dari penguasa setempat. Karena reputasi dan kelebihannya itulah pemerintah kemudian memutuskan memberi amanat pada dirinya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Teheran. Selain menjadi dokter, tokoh yang dikenal pula dengan kerendahan hatinya ini tak kurang mengoptimalkan pengabdiannya dengan mengajar. Tercatat, para mahasiswanya tak hanya berdatangan dari berbagai penjuru dunia Islam, tapi juga dari negara-negara Barat. Setiap kuliahnya selalu dipadati para mahasiswa. Dan patut dicatat, Ar Razi menerapkan metode perkuliahan yang bisa dikata unik tapi sangat mendidik. Yakni perkuliahan diatur sedemikian rupa agar beberapa penceramah senior dan yunior dapat membahas berbagai macam pertanyaan yang mampu mereka jawab, dan hanya merujuk kepadanya jika persoalan-persoalan yang melampaui batas jangkauan pengetahuan mereka. Tampaknya, cara ini pula yang kini banyak dikembangkan di mayoritas universitas terkemuka di Barat dan sebagian di dunia Timur. Dalam perjalanan karirnya ini pula, tokoh yang di Barat dikenal dengan nama Rhazes ini harus meninggalkan pengabdiannya dikota kelahirannya untuk memenuhi penggilan penguasaBaghdad. Dikota ini, penguasa setempat mempercayai Ar Razi sebagai kepala rumah sakit dikota yang juga dikenal dengan sebutan “Kota Seribu Satu Malam” ini. Dengan demikian, selain memberikan teori-teorinya, Ar Razi juga langsung mempraktikkan ilmunya dalam perawatan pasien di berbagai rumah sakit di Teheran danBaghdad. Selama menekuni dunia pengobatan, Ar Razi dikenal kedokteran modern, khususnya di dunia Barat. Selama 35 tahun ia berpraktik pada disiplin ilmu tersebut, Ar Razi tak hanya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di Baghdad maupun di Rayy, Teheran. Tapi sekaligus juga daerah-daerah di luar keduakota itu tak kurang ia kunjungi untuk pengabdian pada masyarakat setempat. Di tengah-tengah keseriusan dan makin meningkatnya penguasaan ilmu kedokteran, Ar Razi yang makin tua usia terserang penyakit katarak hingga membuat matanya buta. Penglihatannya praktis tak berfungsi. Ketika ia dianjurkan untuk berbekam, konon Ar Razi menjawab, “Tidak, aku sudah demikian lama melihat seluruh dunia ini sehingga aku pun lelah karenanya.” Pengabdian dan kejeniusan Ar Razi ini diakui Barat. Banyak ilmuwan Barat menyebutnya sebagai pioner terbesar dunia Islam di bidang kedokteran. “Razhes merupakan tabib (dokter) terbesar dunia Islam, dan satu yang terbesar sepanjang sejarah,” jelas Max Mayerhof. Sementara sejarawan Barat terkenal, George Sarton mengomentari Ar Razi dengan cerdas sekali. Katanya, “Ar Razi dariPersia itu tidak hanya tabib terbesar dunia Islam dan Abad Pertengahan. Ia juga kimiawan dan fisikawan. Ia bisa dinyatakan sebagai salah seorang perintis latrokimia zaman Renaisans. Maju di bidang teori, ia memadukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis.” Maka pada tempatnya bila umat manusia, Barat khususnya, berutang budi dan mesti berterima kasih pada sosok ini. B. Karya-karya al-Razi Al-Razi termasuk tokoh yang produktif, keteguhan dan kesungguhannya dalam menulis sangat tinggi untuk kalangan tokoh pada masa itu, Ia pernah menulis dalam setahun, lebih dari 20.000 lembar kertas . disebutkan bahwa karya tulisnya mencapai 232 buah buku atau risalah. Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi (himpunan), sebuah ensiklopedi kedokteran yang terdiri dari 20 juilid, yang mengandung kedokteran yunani, suriah, Arab, dan hasil penelitiannya sendiri. Ensiklopedi kedoteran tersebut diterjemahkan kedalam bahasa latin pada tahun 1279, dan sejak tahun 1486 berulang kali dicetak karena dipakai di universitas-universitas eropa sampai dengan abad ke-17. Karangannya tentang campak dan cacar (fi al-Judari Wa al-Hasbah) juga diterjemahkan kedalam bahasa latin, dan bahkan pada tahun 1866 dicetak untuk ke-40 kalinya Sebagai seorang kimiawan, Al-Razi adalah orang pertama yang mampu menghasilkan asam sulfat dan beberapa asam lainnya bahkan penggunaan alcohol untuk fermentasi zat yang manis. Beberapa karya tulis imilahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu. Al-Asrar, membahas teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya Liber Experimentorum, membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan, dan mineral yang menjadi cikal bakal kimia organic dan kimia non-organik. Sirr Al-Asrar, membahas (a) ilmu dan pencarian obat-obatan dari suber tumbuhan, hewan, dan galian serta simbolnya, juga jenis terbaik untuk digunakan dalam perawatan; (b) ilmu danperalatan yang penting bagi kimia serta apotek; (c) ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kima yang melibatkan pemrosesan reksa, belerang (sulfur), arsenic, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi Selain itu, Al-Razi juga terkenal di dunia psikologi, Al-Razi terkenal melalui karyanya The Spritual Physic (Pengobatan Jiwa) yang memperlihatkan bahwa ia adalah seorang psikolog tangguh dan ahli medis yang terkemuka. Beberapa pemikirannaya banyak menarik para pemikir modern. Ia mengembangkan Hubungan saling tolong menolong secara mutual (Mutual Helpfulness), dan Al-Razi juga mengembangkan a pleasure-pain theory (teori tentang senang dan sakit) BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Sosok Al-Razi, tidak bisa dihapus dari sejarah Islam, karena ia salah satu tokoh Islam yang pernah terlahir di Dunia Islam, sumbangannya dalam ilmu Pengetahuan, khususnya bidang kedoketran dan kimia tidak bisa diragukan lagi. Menurut H.G Wells, pada ilmuwan muslim adalah golongan pertama yang menggagas ilmu kimia. Mereka telah mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad, sejak abad ke-8 M., Al-Razi wafat 92 Salah satu khazanah yang pernah juga terukir dalam bentang kejayaan Islam adalah ilmu kedokteran dan obat-obatan. Kejayaan Islam masa lampau banyak mewariskan khazanah keilmuan yang luar biasa. Karya yang lahir dari tangan para ulama-ulama Islam itu tak hanya sebatas kitab-kitab klasik yang masih ada hingga kini. Ragam warisan itu juga terukir dalam wujud seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya, dan berbagai khazanah lainnya. Sebagai pemuncak peradaban terbaik di dunia, Islam telah menorehkan begitu banyak warisan kepada umat manusia. Karya mereka tak lagi sebatas kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan hingga kini. Bahkan lebih dari itu, ia telahmenyentuh segenap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ragam warisan tersebut bisa kita rasakan pada seni arsitektur bangunan, tatanankota, ilmu astronomi, budaya dan berbagai khazanah lainnya. Yang pasti, ilmu kedokteran adalah satu dari sekian banyak warisan berharga dalam torehan sejarah peradaban umat manusia. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.